Tenang, Ada Allah
aku menilik kisah senang, haru, hingga menyakitkan yang lalu-lalu
lalu kulihat diriku kini yang begitu bungkam padahal tidak sekokoh itu
aku riuh angin dengan daun yang berserakan
tapi semua hal berserakan akan bisa dipungut perlahan
aku punya seribu alasan untuk menyerah, karena pilu sudah begitu dalam rasanya
namun saat hendak kuhunuskan pedang dalam-dalam
seraya dengan setulus-tulusnya aku berkata, “tenang saja, ada Allah”
kemudian aku percaya, karena memang aku harus percaya bahwa “aku punya Allah”
kesakitan, kesedihan, amarah, pilu, derita, tidak juga akan kekal abadi selamanya
seperti lirik lagu Teramini, “bahkan selepas badai terbitlah pelangi, akan tiba masanya segala yang kau ingini akan teramini”
sekali lagi, sekali lagi aku mau berjalan seperti bayi yang berusaha perlahan sampai bisa menapakkan langkah kaki pertamanya
siapa manusia kecil ini tanpa Allah-nya?
aku kecil yang lengkap dengan sebaik-baiknya yang selalu kuusahakan
aku kecil yang bersalah dengan ketidak sempurnaanku menjaga ragaku sendiri
aku belajar berjalan setiap hari, setiap hari
perlahan, perlahan aku menapakkan langkah pertama itu
belum sampai, belum begitu kokoh, aku masih merangkak
nanti, saat hari itu akan datang akan aku sambut dengan penuh kebahagiaan.
Komentar
Posting Komentar