Mungkin Aku Terlalu Perasa

Aku tidak mengira bahwa jatuh cinta juga akan membawa pada kekecewaan, harapan, rasa sakit, dan kesedihan. Katanya, kalau jatuh cinta harus siap juga dengan sakitnya.


Memang jatuh cinta itu aneh ya. Saat merasa sakit bukannya beranjak pergi, tapi malah ingin mengejar lagi dan lagi. Seolah-olah rasa sakitnya seperti sakau. 


Aku terlalu perasa untuk kamu yang selalu berpikir dengan logika. Aku bisa sedih seharian saat ada kucing liar mati di depan rumah, padahal aku tidak tau sebab matinya karena apa. Tapi katamu, “kan bukan tanggung jawabmu”. Iya kamu benar, tapi di otakku kucing itu masih berhak untuk hidup.


Sebenarnya kita jauh berbeda. Selera musik yang kita dengar, hal-hal yang kita suka, pemikiran kita pun juga berbeda. Tapi kalau sudah jatuh cinta, apakah iya semua perbedaan itu menjadi penting?


Aku perasa yang terlalu banyak menuntut untuk dimengerti. Aku kira orang-orang sama sepertiku, tapi ternyata aku yang terlalu perasa. Tapi, memangnya ini buruk ya? 

Ya, aku akui rasanya sedikit aneh menjadi terlalu perasa seperti ini. Bahkan terkadang kata orang-orang, “orang gitu doang”.


Tapi tetap saja. Perasaan tetaplah perasaan, ia tidak pernah salah menaruh jenis emosinya. Dia selalu tau kapan waktunya gembira, kapan waktu untuk bersedih. Jadi apapun perasaanku, aku berhak merasakannya sedalam mungkin. 


Meski ini aneh, tapi perasaan tetaplah perasaan.

Meski ini rancu, perasaan tetap harus dirasakan tanpa ditolak kehadirannya.

Sebab perasaan hadir memang untuk dirasakan.

Komentar

Postingan Populer